Rabu, 17 Juni 2009

Cover Foto

0 komentar

0 komentar

LEPTOSPIROSIS

Ketika Menteripun Turut Mengurusi (Kencing) Tikus


Tikus, nampaknya sedang menjadi bintang pasca banjir. Tak kurang, Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Kesehatan menaruh perhatian pada hewan liar yang enggan diperhatikan ini. Bak gayung bersambut, pemerintah daerah (DKI) juga memberi perhatian khusus, sampai-sampai perlu mengumumkan kepada warganya “(Sem) barang siapa yang berhasil menangkap tikus - hidup atau mati, akan dianugerahi hadiah uang sebesar Rp 3000 perekor!”.

Vonis telah dijatuhkan, tikus dinyatakan bersalah karena kencing sembarangan, sehingga merebak wabah leptospirosis. Akibat ulah binatang mengerat ini, hingga minggu pertama Maret 2002 di DKI tercatat ada 27 kasus leptospirosis, 9 kasus diantaranya berakhir dengan kematian penderita. Selain DKI, 15 propinsi di Indonesia dilaporkan mengalami kasus serupa. Benarkah tikus merupakan satu-satunya hewan yang bertanggung jawab? Bagaimana kaitan antara kencing tikus, banjir dan wabah leptospirosis?

Sapi, kuda dan anjing juga !

Leptospirosis sebenarnya penyakit yang telah dikenal lama. Di Eropa leptospirosis pada manusia setidaknya telah diidentifikasi pada tahun 1800an. Tetapi kepastian bahwa bakteri Leptospira merupakan penyebab leptospirosis baru diketahui di Jepang pada tahun 1914.

Jakarta ternyata tidak sendirian, tahun 1995 pasca banjir yang menyerang beberapa wilayah di Nikaragua, leptospirosis menewaskan 12 orang dan menyebabkan sakit pada 2000 orang lainnya.

Dalam kondisi normal, kelompok yang paling rawan terhadap leptospirosis adalah para pemulung, tukang sampah, petani, penambang atau mereka yang - karena pekerjaannya, menyebabkan harus banyak kontak dengan lumpur atau sampah dimana hewan terinfeksi biasa hidup.

Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral dengan panjang sekitar 0.1 mikron (1/100.000 cm), dapat bergerak dan memiliki bulu cambuk yang memungkinkan Leptospira melubangi jaringan tempatnya tinggal. Dalam penggolongan bakteri, Leptospira tergolong bangsa spirochaetales. Bangsa ini antara lain juga beranggotakan Treponema pallidum, kuman penyebab siphilis. Lebih dari 12 jenis Leptospira telah diketahui menyebabkan leptospirosis. Dari jenis-jenis tersebut, setidaknya ada 250 varian serologis yang menyebabkan leptospirosis yang berbeda.

Secara alamiah Leptospira ada yang hidup bebas di air tawar, tanah lembab, tanaman dan lumpur atau hidup menetap pada inang yang diinfeksinya. Beberapa jenis hewan diketahui merupakan tempat hidup Leptospira. Selain tikus, hewan peliharaan seperti sapi, babi, kuda, kucing dan anjing juga dapat menjadi inang Leptospira. Jenis Leptospira yang bersarang pada hewan tersebut khas, Leptospira pomona dan L interrogans sering ditemukan pada sapi dan babi, L grippotyphosa pada sapi dan domba, L ballum dan L icterohaemorrhagiae sering ditemukan pada tikus dan L. Canicola pada anjing. Hewan yang terserang Leptospira tidak selalu menunjukkan gejala sakit, tetapi secara terus menerus, melalui urinnya menebarkan kuman ke lingkungan yang potensial sebagai sumber penularan bagi manusia.

Manusia terinfeksi Leptospira melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urin hewan terinfeksi. Infeksi juga dapat terjadi karena menelan makanan atau minuman yang mengandung Leptospira. Tidak dilaporkan terjadi penularan dari orang ke orang. Setelah terjadi kontak, kuman masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka, selaput lendir pada saluran pencernaan, pernapasan atau selaput mata

Banjir mempercepat penyebaran Leptospira ke areal yang lebih luas. Tingkat infeksi pada tikus yang berkeliaran mencari makan semakin tinggi yang pada gilirannya semakin mendekatkan Leptospira ke wilayah hunian. Inilah yang menyebabkan penyakit ini banyak berjangkit pasca banjir.

Mirip Flu

Gejala leptospirosis akan timbul antara 2 dan 20 hari setelah seseorang terinfeksi, tetapi umumnya 7- 12 hari. Terdapat dua fase leptospirosis yaitu fase septisemia dan fase imun (kebal). Fase septisemia ditandai denga adanya kuman yang menetap di dalam darah, cairan otak dan sumsum tulang belakang. Pada fase imun, Leptospira tidak terdapat di dalam darah atau cairan otak tetapi dapat ditemui pada urin dan cairan mata.

Ada dua tipe leptospirosis yaitu leptospirosis anicteric yang ditemukan pada sebagian besar kasus dan leptospirosis icteric yang ditemukan pada 5-10% kasus.

Pada leptospirosis anicteric, fase septik ditandai dengan gejala mirip flu yaitu demam dan kedinginan yang menyerang tiba-tiba, nyeri otot terutama otot betis dan punggung, sakit kepala, sakit perut, mual dan diare.Fase ini berlangsung 4-7 hari. Satu hingga tiga hari berikutnya penderita nampak pulih, tanda-tanda sakit hilang untuk kemudian sakit kembali, yaitu memasuki fase imun. Fase imun pada tipe ini ditandai dengan terjadinya radang selaput otak (meningitis) , pendarahan pada mata, timbul ruam, batuk serta adanya darah di dalam dahak.

Leptospirosis icteric dikenal juga dengan Sindrom Weil, gejala fase septik pada leptospirosis icteric sama dengan leptospirosis anicteric. Fase imun tipe ini ditandai dengan kulit dan selaput mata menjadi kekuningan yang menandakan adanya kerusakan hati, gagal ginjal serta terjadi pendarahan pada usus dan paru-paru.

Leptospirosis sebenarnya bukan penyakit yang sulit diobati seperti halnya AIDS. Pemberian antibiotik penicillin, streptomycin, tetracycline dan erythromycin pada penderita biasanya dapat mengatasi penyakit ini.

Sulit di vaksin

Mengingat tiap varian Leptospira menyebabkan leptospirosis yang berbeda, upaya vaksinasi leptospirosis sulit dilakukan. Vaksin yang efektif mencegah suatu varian Leptospira gagal mencegah Leptospira varian lain. Dengan 250 lebih varian Leptospira, sulit dibayangkan seseorang harus diberikan ratusan jenis vaksin hanya untuk mencegah serangan penyakit yang dalam kondisi normal sebenarnya tidak banyak menyerang.

Seseorang yang pernah terserang leptospirosis hanya kebal terhadap leptospirosis yang sama, tetapi tetap rentan terhadap leptospirosis jenis lain.

Pencegahan leptospirosis dapat dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan. Pengendalian populasi hewan liar, terutama tikus dapat mereduksi bahaya leptospirosis. Perlu juga menjaga hewan peliharaan, siapa tahu hewan lucu yang sangat kita sayangi ternyata menjadi sarang Leptospira. Atau, ikuti anjuran pakar kesehatan kita : cuci tangan dan kaki setelah membersihkan selokan, gunakan sepatu ketika harus turun pada tempat kotor dan bersihkan rumah dari kotoran peninggalan banjir.

Agaknya papan peringatan “Selain anjing, dilarang kencing disini !”. yang kerap dijumpai di beberapa sudut jalan untuk menghalau orang yang kencing sembarangan, perlu ditinjau ulang. Mungkin lebih aman jika diganti dengan, Selain anjing yang bebas Leptospira, dilarang kencing disini! “. (EKA).

0 komentar

API ASMARA KUNANG-KUNANG


Kerlip misterius cahaya kunang-kunang di malam gelap menarik perhatian orang selama berabad-abad. Di sekitar kita, kunang-kunang kerap kali muncul dari area pekuburan sehingga berkembang cerita burung bahwa kunang-kunang berasal dari kukunya orang mati. Cahaya kunang-kunang, - masih menurut cerita burung, konon berperan menerangi arwah dalam perjalanan ke alam lain.

Sejatinya, cahaya kunang-kunang berperan dalam komunikasi seksual, semacam api asmara. Selain itu cahaya kunang-kunang juga merupakan strategi untuk memperingatkan musuh-musuh politiknya -yaitu para pemangsa, agar jangan mencoba bermain (dengan) api. Beberapa jenis kunang-kunang ternyata menyalahgunakan keterampilan bermain api ini untuk mengeruk keuntungan pribadi dengan memanfaatkan kunang-kunang yang sedang kasmaran. Bagaimana cahaya mahluk unik ini terbentuk ?

Bangsa Kumbang

Kunang-kunang adalah serangga yang tergolong bangsa kumbang-kumbangan (Coleoptera), ia berkerabat dengan kumbang kelapa atau kutu beras- hanya berbeda keluarga, kunang-kunang tergolong keluarga Lampyridae. Dari 2000-an lebih jenis kunang-kunang, sebagian besar ditemukan hidup di daerah tropis termasuk Indonesia.

Seperti semua kumbang-kumbangan, kunang-kunang memiliki pasangan sayap depan keras yang berperan melindungi sayap belakangnya yang tipis dan transparan. Aktivitas terbang terutama dilakukan oleh pasangan sayap belakang. Dengan susunan sayap seperti itu kunang-kunang bukanlah penerbang cepat seperti capung atau penerbang lemah gemulai seperti kupu-kupu, kunang-kunang adalah penerbang yang kaku dan lamban.

Kunang-kunang jantan berbeda dengan betina dari ukuran tubuhnya yang lebih kecil. Mata majemuk kunang-kunang jantan lebih besar yang berperan penting dalam melihat cahaya kunang-kunang betina di rerumputan.

Ritual Perkawinan

Diketahui ada dua tipe ritual perkawinan kunang-kunang. Tipe pertama, kunang-kunang betina akan melepaskan cahaya yang menarik perhatian kunang-kunang jantan. Pada tipe ini, kunang-kunang betina merupakan pihak yang aktif mencari pasangan sedangkan yang jantan pasif.

Pada tipe kedua, ritual perkawinan diawali dengan kedipan-kedipan cahaya kunang-kunang jantan yang mengabarkan bahwa ia adalah perjaka atau duda kesepian yang tengah mencari kekasihnya yang kini entah dimana. Terbang kian kemari sambil berharap ada kunang-kunang betina yang sedang mejeng mencari jodoh. Kedipan cahaya suatu jenis kunang-kunang memiliki warna, intensitas dan kekuatan yang khas sehingga hanya kunang-kunang jenis yang sama yang mampu mengartikulasikan makna kedipan cahaya tersebut. Kekhasan cahaya pada saat mencari pasangan ini pulalah yang digunakan oleh para ahli untuk membedakan berbagai jenis kunang-kunang.

Kunang-kunang betina jarang terbang mencari pasangan hidup, ia hanya menunggu di atas tanah atau rerumputan sambil berharap ada isyarat dari kunang-kunang jantan yang bakal menjadi tambatan hatinya. Ketika melihat cahaya kunang-kunang jantan, sang betina akan memberikan respon dengan pancaran cahaya yang mengisyaratkan bahwa ia telah mengenali signal sang jantan. Selanjutnya pejantan terbang menuju betina dambaan hidupnya. Setelah dekat, kunang-kunang jantan mengeluarkan cahaya terang berkali-kali, mungkin untuk meyakinkan bahwa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Demikian juga si betina akan mengeluarkan sinar terang yang menandakan siap bercumbu, pejantan akan mendekati betina dan kemudian .... kawin deh.

Proses perkawinan terjadi dengan saling menyentuhkan kedua alat kelaminnya yang berada di ujung perut dan dilanjutkan dengan transfer paket sperma dari pejantan ke tubuh betina. Paket sperma akan disimpan di dalam abdomen betina sampai ia siap bertelur. Proses perkawinan dapat berlanjut sepanjang malam, dan pada saat itu kunang-kunang tidak mengeluarkan cahaya ( yeee... ternyata nyang seneng gelap-gelapan bukan cuma manusia).

Srigala Berbulu Domba

Di antara keluarga kunang-kunang, marga Photuris betina mempunyai keahlian khusus menirukan kedipan cahaya kunang-kunang jenis lain (jenis Photuris versicolor mampu meniru kedipan 12 kunang-kunang jenis lain). Kemampuan menirukan – diistilahkan dengan mimikri- dipergunakan untuk mengelabui kunang-kunang lain yang masuk dalam daftar mangsanya.

Pada malam ketika datang waktu berburu jodoh dan di udara muncul kedipan cahaya dari kunang-kunang jantan jenis lain, Photuris betina dengan cerdik merespon dengan memancarkan cahaya tanda “siap kencan”. Kunang-kunang jantan yang sedang dimabuk cinta mengira bahwa kedipan tadi berasal dari betina jenisnya, ia tidak menyadari kedipan tersebut berasal dari srigala berbulu domba. Begitu sang jantan mendekat, Photuris betina segera menerkam kunang-kunang jantan dan melahapnya sebagai santapan makan malam.

Aksi tipu-tipu Photuris ternyata tidak selalu sukses, beberapa kunang-kunang yang masuk daftar mangsa Photuris diketahui mengembangkan strategi defensif untuk menghindari pembajak cerdik ini. Kunang-kunang tertentu mengubah waktu berburu pasangan, yaitu pada penghujung malam ketika masa perburuan Photuris telah selesai. Kunang-kunang lain meningkatkan kewaspadaan nasionalnya dengan mendekati respon tanda kencan secara hati-hati. Ia hinggap dekat sumber kedipan pada jarak yang aman, berjalan sambil mengamati betina, setelah yakin betina tersebut jenisnya barulah mendekat lebih rapat. Berikutnya kunang-kunang jantan akan melewatkan malam yang dingin bersama sang pujaan hati.

Muncul dari Area Pekuburan

Kunang-kunang bertelur pada saat hari gelap, telur-telurnya yang berjumlah antara 100 dan 500 butir diletakkan di tanah, ranting, rumput, di tempat berlumut atau di bawah dedaunan. Pekuburan yang tanahnya relatif gembur dan tidak banyak terganggu merupakan lokasi ideal perteluran kunang-kunang.

Setelah sekitar 30 hari, muncul larva kunang-kunang menyerupai cacing memancarkan cahaya, bentuknya pipih dengan kepala kecil dan rahang kuat. (gambar). Fungsi cahaya pada larva hanya untuk memperingatkan pemangsa agar tidak mencoba mengganggunya. Aktivitas utama larva adalah makan makanan yang berupa cacing tanah, siput kecil atau serangga kecil lain.Masa larva merupakan masa paling lama yaitu sekitar1-2 tahun sebelum menjadi kepom-pong. Hanya sebagian kecil dari telur kunang-kunang menetas menjadi larva dan hanya sedikit larva yang sukses menjadi kepompong. Beberapa pemangsa memangsa telur maupun kunang-kunang yunior.

Sebelum menjadi kepompong larva akan membuat liang di dalam tanah. Selanjutnya ia akan masuk dan melingkarkan tubuhnya di dakam liang. Mulutnya akan mengeluarkan lendir lengket yang ditempelkan di dinding liang. Setelah sebulan larva beristirahat dalam bilik, ia menanggalkan kulit untuk terakhir kali dan memasuki masa kepompong. Kepompong pada mulanya berwarna kuning pucat dan perlahan-lahan menjadi gelap, masa kepompong berlangsung sekitar 10 hari.

Kunang-kunang dewasa keluar dari kepompong dengan tubuh pucat yang akhirnya berkembang menjadi lebih gelap. Kedua pasang sayap direntangkan agar mengembang dan kering. Kunang-kunang dewasa ini tinggal di dalam bilik selama beberapa hari sampai kedua sayap depannya benar-benar keras dan membentuk elitera, perisai yang melindungi kedua sayap belakangnya yang lunak. Kunang-kunang dewasa hidup selama 2 - 3 minggu,, untuk melakukan perkawinan. Selama itu aktivitas makan kunang-kunang sangat beragam, beberapa jenis hanya mengisap cairan tumbuhan sementara jenis lainnya meneruskan kebiasaan makan seperti ketika masih larva, sebagai pemakan serangga lain atau siput-siputan kecil.

Pembentukan Cahaya: efisien dan dingin

Cahaya kunang-kunang dihasilkan oleh organ penghasil cahaya, yaitu sisi bawah ruas khusus yang terletak pada bagian ujung perut. Organ cahaya umumnya berwarna kuning cerah dengan Jumlah satu atau beberapa ruas (gambar).

Pembentukan cahaya kunang-kunang melibatkan zat luciferin dan enzim luciferase yang dihasilkan oleh sel-sel yang menyusun organ cahaya. Jika ke dua zat tersebut bercampur dengan oksigen yang disuplai melalui saluran pernapasan ( trakhea), terjadilah reaksi yang menghasilkan cahaya. Pembentukan cahaya pada kunang-kunang sangat efisien, lebih dari 95 % energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi lucifern berbentuk cahaya sehingga cahaya kunang-kunang tetap dingin. Cahaya kunang-kunang mungkin kuning kehijauan, hijau kebiruan atau merah jingga (tergantung jenisnya) dengan kekuatan sekitar 1/40 kandela. Pada jenis Photinus pyralis betina, kedipan cahaya terjadi setiap selang 2 detik sedangkan pada yang jantan setiap 5 detik.

Kunang-kunang dapat mengendalikan sepenuhnya pencahayaan, ia dapat menghidupkan atau mematikan cahaya kapanpun ia mau. Sifat pancaran cahaya tersebut berbeda-beda sesuai keadaan, sehingga kedipan cahaya tertentu menandakan bahaya sedangkan kedipan lain merupakan upaya menarik perhatian lawan jenis.

Dengan semakin langkanya lahan kosong, kunang-kunang menjadi makin sulit dijumpai. Anak-anak perkotaan mungkin tidak pernah melihat langsung wujud serangga unik ini, ia hanya mendengar dari cerita atau lirik lagu. Beruntunglah anak-anak desa yang masih dapat melihat kunang-kunang. Kerlip cahaya kunang-kunang dibarengi suara jangkrik dan katak yang saling bersahutan terasa bagai orkestra agung yang mengisahkan kedamaian dan keserasian dengan alam. (Laladon Indah, Juli 2002).


Kunang-kunang yunior, memangsa cacing, siput atau serangga kecil lain

Awas Srigala berbulu Domba

Organ Cahaya

Dari kukunya orang mati ?

0 komentar

Suhardi’s Collection

Posting: 08 Juni 2009. (17:25:17)
Deretan Avicenia sp muda itu nampak kukuh menancapkan akarnya di formasi acropora. Sesekali sekawanan ikan glodok berlarian menghindari kakiku yang menapak di antara celah karang.
Hembusan angin pantai dan teriknya matahari yang membakar kulit tak menggoyahkan semangatku untuk mengagumi karya kecil seorang anak manusia.
Benar kata orang bahwa perjalanan yang panjang itu dimulai dari selangkah.
Jika sungai terakhir telah tercemar, ikan erakhir telah tertangkap dan bakau terakhir telah tercabut, kita baru menyadari bahwa manusia tak dapat memakan uang.
Deretan bakau itu adalah masa depan pulau ini, dialah tangan Tuhan yang melindungi pulau ini dari ganasnya abrasi.
One day I’ll be back, to see beautty island with green Avicenia.
(Di bawah semburat sunset Pulau Pramuka, Juni 2009)


Posting: 09 Juni 2009. (12:48:59)
Mata tajammu menyisakan karisma mistis yang pernah engkau miliki, membuat mangsamu lumpuh sebelum kau sentuh.
Kepakan sayapmu yang gagah menyimbolkan kegagahan hasil kreasi alam.
Kini teriakamu parau engkau bahkan mungkin lupa bagaimana menggunakan cakarmu. Kawan, kecuali Tuhan, tak ada yang berhak menghentikan laju kehidupanmu, tetaplah menatap tajam masa depanmu, getarkan dunia dengan cakar dan kepakan sayapmu.
Di sini aku berharap suatu saat engkau kembalu menjadi raja di udara kepulauan seribu… my Heliaster.
(Pulau Kotok, Juni 2009)


Posting: 09 Juni 2009. (15:22:52)
Terumbu karang eksotis itu begitu memikat hatiku, kelelahan yang aku rasakan sirna seketika, tak terkatakan betapa aku mengagumi kebearanMu.
Di sini di beting karang Pulau Panggang aku menemukan Tuhan
(Pulau Panggang, Juni 2009)

0 komentar

ABSTRACT TESIS

Ina Herlina Kurniawati. The Relationship between Adversity Quotient and Information and Communication Technology (ICT) Knowledge with Teacher’s Creativity. Thesis. Postgraduate Program of University of Pakuan Bogor. 2009.


This research is correlation research containing two independent variables, Adversity Quotient and ICT Knowledge, and a dependent variable is Teacher’s Creativity.

This research was carried out at SMKs which are having ICT department in Sukabumi City in 2009 using survey method. Respondents involved in this research were about 50 teachers, whose characterstic shown were adversity quotient, ICT knowledge and creativity.

The researcher used samples withdrawal technique that was proportional random technique. The data analysis was done through parametric statistics that used simple correlations and regression and also double correlation and regression. Hypotesis testing was done with significant level of 0.05 and 0.01.

The result of the research showed 3 (three) conclusion namely

(1) there is a very significant positive relationship between adversity quotient with teacher’s creativity that was shown by regression equation Ŷ = -79.4192 + 1.1906 X1, and correlation coefficient rr1= 0.573; (2) There is a very significant positive relationship between ICT knowledge with teacher’s creativity that was shown by regression equation Ŷ = -1.2229 + 3.1101 X2 and correlation coefficient ry2 = 0.491; (3) There is a very significant positive relation ship between adversity quotient and ICT knowledge together with teacher’s creativity, it was shown bycorrelation coefficienttry.12 = 0,502 and regression equation Ŷ = -92.542 + 0.913 X1 + 1.797 X2

Based on the result, we can conclude that teacher’s creativity can be increased through increasing adversity quotient and ICT knowledge.

Tesis

0 komentar

ABSTRAK TESIS

Ina Herlina Kurniawati. Hubungan antara Kecerdasan Adversitas (Adversity Quotient) dan Pengetahun Information and Communication Technology (ICT) dengan Kreativitas Guru. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Pakuan. Bogor. 2009.


Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang terdiri atas 2 (dua) variabel bebas, yaitu kecerdasan adversitas dan pengetahaun ICT dan satu variabel terikat yaitu kreativitas guru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan adversitas dan pengetahuan ICT baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan kreativitas guru.

Penelitian ini dilakukan di SMK yang memiliki jurusan ICT se-Kota Sukabumi pada tahun 2009 dengan menggunakan metode survai. Responden yang telibat pada penelitian ini sebanyak 50 orang guru, yang karakteristiknya ditunjukkan berupa kecerdasan adversitas, pengtahuan ICT dan kreativitas.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak proporsional. Analisis data dilakukan melalui statistik parametrik yaitu menggunakan korelasi dan regresi sederhana serta korelasi dan regresi

ganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05 dan 0,01.

Hasil penelitian menghasilkan 3 (tiga) kesimpulan, yaitu (1) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru, yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = -79,4192 + 1,1906 X1 dan koefisien korelasi ry1 = 0,573; (2) ter-dapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan ICT de-ngan kreativitas guru, dengan persa-maan regresi Ŷ = -1,2229 + 3,1101 X2 dan koefisien korelasi ry2 = 0,491. (3) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan adversitas dan pengetahau ICT secara bersama-sama dengn kreativitas guru, ditunjukkan dengan koefisien korelasi ry.12 = 0,502 dan persamaan regresi Ŷ = -92,542 + 0,913 X1 + 1,797 X2.

Berdasarkan hasil temuan, maka kreativitas guru dapat ditingkat- kan melalui peningkatan kecerdasan adversitas dan pengetahuan ICT.



 

My Dear Diary ..... | Copyright 2009 - Designed by Gaganpreet Singh